Jumat, 13 Mei 2016
Menteri Pendidikan
Anies Baswedan Ph.D | |
---|---|
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-29 | |
Petahana | |
Mulai menjabat 27 Oktober 2014 | |
Presiden | Joko Widodo |
Didahului oleh | Mohammad Nuh |
Rektor Universitas Paramadina ke-2 | |
Masa jabatan 15 Mei 2007 – 6 Januari 2015 | |
Didahului oleh | Sohibul Iman (Sebagai Pejabat Rektor) |
Digantikan oleh | Firmanzah |
Informasi pribadi | |
Lahir | Anies Rasyid Baswedan 7 Mei 1969 (umur 47) ![]() |
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Fery Farhati Ganis |
Relasi | Abdurrahman Baswedan(kakek) |
Anak | Mutiara Annisa Baswedan Mikail Azizi Baswedan Kaisar Hakam Baswedan Ismail Hakim Baswedan |
Alma mater | Universitas Gadjah Mada University of Maryland, College Park |
Pekerjaan | Akademisi |
Agama | Islam |
Tanda tangan | ![]() |
Media sosial | |
Situs web | www |
Anies Rasyid Baswedan, Ph.D, (lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969; umur 47 tahun[1]) adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ke-26. Ia adalah seorang intelektual dan akademisi asal Indonesia. Cucu dari pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan, ia menginisiasi gerakan Indonesia Mengajar dan menjadi rektor termuda yang pernah dilantik oleh sebuah perguruan tinggi di Indonesia pada tahun 2007, saat menjadi rektor Universitas Paramadina pada usia 38 tahun.
Menjelang pemilihan umum presiden Indonesia 2014, ia ikut mencalonkan diri menjadi calon presiden lewat konvensi Partai Demokrat.
Daftar isi
[sembunyikan]- 1Kehidupan awal
- 2Masa remaja dan kuliah
- 3Karier
- 3.1Peneliti Pusat Antar-Universitas Studi Ekonomi UGM
- 3.2Manajer Riset IPC, Inc, Chicago
- 3.3Kemitraan Untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan
- 3.4Direktur Riset Indonesian Institute Center
- 3.5Rektor Universitas Paramadina
- 3.6Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar
- 3.7Peserta Konvensi Capres Partai Demokrat
- 3.8Penggagas Gerakan TurunTangan
- 3.9Juru Bicara Pasangan Capres-Cawapres Jokowi-Jusuf Kalla (JK)
- 3.10Staf Deputi Kantor Transisi Jokowi-JK
- 3.11Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2014-2019)
- 4Pemikiran
- 5Penghargaan
- 6Kehidupan pribadi
- 7Galeri
- 8Referensi
- 9Pranala luar
Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]
Masa kecil[sunting | sunting sumber]
Anies dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 7 Mei 1969 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Rasyid. Anies mulai mengenyam bangku pendidikan pada usia 5 tahun. Saat itu, ia bersekolah di TK Masjid Syuhada. Menginjak usia enam tahun, Anies masuk ke SD Laboratori, Yogyakarta.[2]
Masa remaja dan kuliah[sunting | sunting sumber]
Setelah lulus SD, Anies diterima di SMP Negeri 5 Yogyakarta.[3] Dia bergabung dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah di sekolahnya, dan menduduki jabatan sebagai pengurus bidang humas yang dijuluki sebagai "seksi kematian," karena tugasnya mengabarkan kematian.[4] Anies juga pernah ditunjuk menjadi ketua panitia tutup tahun di SMP-nya.[5]
Kita ditarik dulu ke belakang, sebelum kemudian bisa meloncat dengan jauh.
Anies Baswedan, menggambarkan keterlambatannya lulus SMA karena
mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika.[6]
mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika.[6]
Lulus dari SMP, Anies meneruskan pendidikannya di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Dia tetap aktif berorganisasi hingga terpilih menjadi Wakil Ketua OSIS,[5], dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama tiga ratus orang Ketua OSIS se-Indonesia. Hasilnya, Anies terpilih menjadi Ketua OSIS se-Indonesia pada tahun 1985.[5] Pada tahun 1987, dia terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar AFS dan tinggal selama setahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat.[3] Program ini membuatnya menempuh masa SMA selama empat tahun dan baru lulus pada tahun 1989.
Sekembalinya ke Yogyakarta, Anies mendapat kesempatan berperan di bidang jurnalistik. Ia bergabung dengan program Tanah Merdeka di Televisi Republik Indonesia cabang Yogyakarta, dan mendapat peran sebagai pewawancara tetap tokoh-tokoh nasional.[5]
Masa kuliah[sunting | sunting sumber]
UGM (1989-1995)[sunting | sunting sumber]
Anies diterima masuk di Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dia tetap aktif berorganisasi, bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam dan menjadi salah satu anggota Majelis Penyelamat Organisasi HMI UGM.[7]
Di fakultasnya, Anies menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa dan ikut membidani kelahiran kembali Senat Mahasiswa UGM setelah pembekuan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dia terpilih menjadi Ketua Senat Universitas pada kongres tahun 1992,[7], dan membuat beberapa gebrakan dalam lembaga kemahasiswaan. Anies membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai lembaga eksekutif memosisikan senat sebagai lembaga legislatif, yang disahkan oleh kongres pada tahun 1993. Masa kepemimpinannya juga ditandai dengan dimulainya gerakan berbasis riset, sebuah tanggapan atas tereksposnya kasus BPPC yang menyangkut putra Presiden Soeharto,Hutomo Mandala Putra.[7] Anies turut menginisiasi demonstrasi melawan penerapan Sistem Dana Sosial Berhadiah pada bulan November 1993 di Yogyakarta.[8]
Pada tahun 1993, Anies mendapat beasiswa dari untuk JAL Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas di Sophia University, Tokyo dalam bidang kajian Asia. Beasiswa ini ia dapatkan setelah memenangkan sebuah lomba menulis mengenai lingkungan.[9]
Amerika Serikat (1997-2005)[sunting | sunting sumber]
Setelah lulus kuliah, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi UGM, sebelum mendapat beasiswa Fulbright dari AMINEF untuk melanjutkan kuliah masternya dalam bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di School of Public Affairs, University of Maryland, College Park pada tahun 1997. Ia juga dianugerahi William P. Cole III Fellow di universitasnya, dan lulus pada bulan Desember 1998.[10]
Sesaat setelah lulus dari Maryland, Anies kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya dalam bidang ilmu politik di Northern Illinois University pada tahun 1999. Dia bekerja sebagai asisten peneliti di Office of Research, Evaluation, and Policy Studies di kampusnya, dan meraih beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow, penghargaan yang hanya diberikan kepada mahasiswa NIU yang berprestasi dalam bidang ilmu politik pada tahun 2004.[5] Disertasinya doktoralnya yang berjudul Regional Autonomy and Patterns of Democracy in Indonesia menginvestigasi efek dari kebijakan desentralisasi terhadap daya respon dan transparansi pemerintah daerah serta partisipasi publik, menggunakan data survei dari 177 kabupaten/ kota di Indonesia.[10] Dia lulus pada tahun 2005.
Karier[sunting | sunting sumber]
Dalam berbagai kesempatan, Anies Baswedan selalu mengatakan ada tiga hal yang ia jadikan pedoman dalam memilih karier. Apakah secara intelektual dapat tumbuh, apakah masih dapat menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, apakah mempunyai pengaruh sosial.[11]
Peneliti Pusat Antar-Universitas Studi Ekonomi UGM[sunting | sunting sumber]
Selesai program Strata 1 (S1) di Fakultas Ekonomi UGM, Anies Baswedan sempat berkarier sebagai peneliti dan koordinator proyek di Pusat Antar-Universitas Studi Ekonomi UGM. Kariernya di sana tak berlangsung lama, sebab pada 1996 ia mendapatkan beasiswa program master ke Amerika Serikat.
Manajer Riset IPC, Inc, Chicago[sunting | sunting sumber]
Selesai mengambil kuliah doktor pada 2004, karena tidak memiliki uang untuk kembali ke tanah air, Anies sempat bekerja sebagai manajer riset di IPC, Inc. Chicago, sebuah asosiasi perusahaan elektronik sedunia.
Kemitraan Untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Ia kemudian bergabung dengan Kemitraan untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan sebuah lembaga non-profit yang berfokus pada reformasi birokrasi di beragam wilayah di Indonesia dengan menekankan kerjasama antara pemerintah dengan sektor sipil. Hal ini tentu saja tak lepas dari kepeduliannya terhadap demokrasi, otonomi daerah dan desentralisasi seperti tertuang dalam disertasi dan artikel-artikelnya di beragam jurnal dan media.
Direktur Riset Indonesian Institute Center[sunting | sunting sumber]
Ia kemudian menjadi direktur riset The Indonesian Institute. Ini merupakan lembaga penelitian kebijakan publik yang didirikan pada Oktober 2004 oleh aktivis dan intelektual muda yang dinamis. Kariernya di The Indonesian Institute tentu tak lepas dari latar belakang pendidikannya di bidang kebijakan publik.[12]
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar